News

Proyeksi Nataru 2025/2026: Uang Beredar Diprediksi Tembus Rp5.900 Triliun

265
×

Proyeksi Nataru 2025/2026: Uang Beredar Diprediksi Tembus Rp5.900 Triliun

Sebarkan artikel ini

IDNZONE.COM – Momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026 diperkirakan mendorong pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) hingga dua digit pada akhir 2025. Uang beredar M1 diproyeksikan tumbuh sekitar 11–13 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Desember 2025, dengan nilai mencapai Rp 5.800 triliun hingga Rp 5.900 triliun.

Proyeksi tersebut lebih tinggi dibandingkan capaian M1 pada Desember 2024 yang tercatat tumbuh 5,8 persen yoy dengan nilai sebesar Rp 5.223,9 triliun.

Scroll kebawah untuk lihat konten
Advertisement

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan tren uang beredar M1 telah menunjukkan akselerasi yang cukup kuat hingga November 2025. Pada periode tersebut, M1 tercatat tumbuh 11,4 persen yoy dengan nilai mencapai Rp 5.748 triliun.

Menurut Yusuf, kondisi tersebut mencerminkan likuiditas perekonomian yang berada dalam kondisi longgar. Hal ini sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik, penurunan suku bunga, serta meningkatnya aktivitas konsumsi dan transaksi masyarakat.

“Dengan mempertimbangkan pola musiman akhir tahun, terutama Natal dan Tahun Baru, saya melihat M1 pada Desember 2025 berpotensi berada di kisaran Rp 5.800 triliun hingga Rp 5.900 triliun, atau tumbuh sekitar 11–13 persen secara tahunan,” ujar Yusuf Rendy, dikutip Sabtu (27/12/2025).

Ia menambahkan, proyeksi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan capaian tahun sebelumnya, ketika pertumbuhan uang beredar relatif tertahan akibat tekanan kondisi global serta kebijakan moneter yang masih ketat.

Yusuf menilai tren peningkatan M1 pada dasarnya menjadi sinyal positif karena mencerminkan membaiknya daya beli dan meningkatnya aktivitas ekonomi. Meski demikian, kondisi ini tetap perlu dicermati secara hati-hati dari sisi kebijakan.

“Jika pertumbuhan likuiditas terlalu cepat dan tidak diimbangi oleh sisi produksi, risikonya adalah tekanan inflasi atau volatilitas nilai tukar. Dalam konteks ini, Bank Indonesia tetap perlu menjaga keseimbangan antara mendukung pertumbuhan dan menjaga stabilitas,” jelasnya.

Baca Juga  Pemkab Mojokerto Genjot Industri Halal: 41 IKM Ikuti Bimtek Sertifikasi Gratis Demi Daya Saing Global

Selain itu, Yusuf juga menyoroti besarnya perputaran uang selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026. Ia memperkirakan nilai perputaran uang berada di kisaran Rp 100 triliun hingga Rp 110 triliun, seiring meningkatnya mobilitas masyarakat yang tidak lagi dibatasi seperti pada masa pandemi.

“Berdasarkan berbagai indikator, mulai dari proyeksi jumlah perjalanan, belanja konsumsi, hingga kesiapan sektor perbankan, perputaran uang Nataru berada di kisaran Rp 100 triliun sampai Rp 110 triliun. Secara nominal, angka ini sudah melampaui Rp 100 triliun dan sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya,” ujarnya.

Lonjakan perputaran uang tersebut, lanjut Yusuf, terutama didorong oleh peningkatan belanja di sektor transportasi, pariwisata, makanan dan minuman, serta ritel yang biasanya meningkat tajam selama libur panjang. Di sisi lain, digitalisasi sistem pembayaran turut membuat uang berputar lebih cepat, meskipun tidak seluruhnya tercermin dari peningkatan uang tunai.

Namun demikian, Yusuf mengingatkan bahwa peningkatan perputaran uang pada periode Nataru bersifat musiman. Dampaknya kuat di akhir tahun, tetapi tidak serta-merta berlanjut ke kuartal berikutnya.

“Jika ditarik benang merahnya, kenaikan M1 dan besarnya perputaran uang Nataru saling menguatkan. Likuiditas yang longgar memberi ruang bagi konsumsi, sementara lonjakan konsumsi akhir tahun ikut mendorong uang beredar tetap tinggi,” katanya.

Adapun faktor pendorong utama peningkatan likuiditas tersebut antara lain pertumbuhan kredit yang solid, belanja pemerintah di akhir tahun, meningkatnya kebutuhan uang kartal untuk transaksi liburan, serta mobilitas masyarakat yang kian tinggi. (WBS)