News

BMKG Ungkap Penyebab Suhu Panas Ekstrem Capai 37,6°C di Indonesia: Kombinasi Gerak Semu Matahari dan Monsun Australia

337
×

BMKG Ungkap Penyebab Suhu Panas Ekstrem Capai 37,6°C di Indonesia: Kombinasi Gerak Semu Matahari dan Monsun Australia

Sebarkan artikel ini
Illustrasi Suhu Panas di Indonesia (doc. Georitmus)

IDNZONE.COM – Sejumlah besar wilayah di Indonesia dalam beberapa hari terakhir dilanda gelombang panas yang ekstrem, memicu keluhan dan pertanyaan dari masyarakat. Menanggapi fenomena tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis pernyataan resmi, menjelaskan bahwa suhu maksimum yang tercatat hingga 37,6°C disebabkan oleh kombinasi faktor alam.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa penyebab utama suhu panas ini adalah posisi gerak semu matahari yang pada bulan Oktober berada di selatan ekuator. Posisi ini menyebabkan wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan, termasuk Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua, menerima penyinaran matahari yang lebih intens.

Scroll kebawah untuk lihat konten
Advertisement

“Posisi ini membuat wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan, seperti Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua, menerima penyinaran matahari yang lebih intens sehingga cuaca terasa lebih panas di banyak wilayah Indonesia,” ungkap Guswanto di Jakarta, Rabu (15/10/2025).

Faktor lain yang memperkuat kondisi ini adalah penguatan angin timuran atau Monsun Australia. Angin ini membawa massa udara kering dan hangat, yang berdampak pada minimnya pembentukan awan. Akibatnya, radiasi matahari dapat mencapai permukaan bumi secara maksimal, meningkatkan suhu secara signifikan.

Prakiraan Suhu Tinggi Berlanjut Hingga Awal November

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, mengungkapkan bahwa data pengamatan mencatat suhu maksimum di atas 35°C menyebar luas. Wilayah yang paling terdampak suhu tinggi meliputi sebagian besar Nusa Tenggara, Jawa bagian barat hingga timur, Kalimantan bagian barat dan tengah, Sulawesi bagian selatan dan tenggara, serta beberapa wilayah Papua.

BMKG mencatat puncaknya pada 14 Oktober 2025, di mana suhu berkisar antara 34°C hingga 37°C. Wilayah Majalengka (Jawa Barat) dan Boven Digoel (Papua) menunjukkan peningkatan suhu tertinggi hingga mencapai 37,6°C. Sebelumnya, pada 12 Oktober 2025, suhu tertinggi tercatat sebesar 36,8°C di Kapuas Hulu, Kupang, dan Majalengka.

Baca Juga  Polisi Ungkap Titik Bom Molotov Disiapkan di Jakarta, Tersangka Ditangkap!

“Konsistensi tingginya suhu maksimum di banyak wilayah menunjukkan kondisi cuaca panas yang persisten, didukung oleh dominasi massa udara kering dan minimnya tutupan awan,” jelas Andri.

BMKG memprakirakan kondisi cuaca panas yang persisten ini masih akan berlanjut hingga akhir Oktober atau awal November 2025.

Imbauan BMKG: Jaga Cairan Tubuh dan Waspada Hujan Mendadak

Meskipun cuaca panas dominan, BMKG memprakirakan potensi hujan lokal akibat aktivitas konvektif masih dapat terjadi pada sore hingga malam hari, terutama di sebagian wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua.

Mengingat dinamika cuaca yang terjadi, BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan:

Mencukupi kebutuhan cairan tubuh.

Menghindari paparan sinar matahari langsung dalam waktu lama, khususnya pada siang hari.

Memantau secara berkala informasi cuaca terkini melalui situs resmi bmkg.go.id atau aplikasi Info BMKG.

“Tetap waspada terhadap potensi perubahan cuaca mendadak seperti hujan disertai petir dan angin kencang pada sore atau malam hari,” pungkas Guswanto. (EYJ)